SSKI SMA Negeri 5 Surabaya

Foto saya
Sebuah organisasi naungan OSIS SMAN 5 Surabaya, yang bergerak dengan dasar Al-Quran dan Sunnah...

Label

Saat Terindah dalam Hidup

| Kamis, 20 Januari 2011 |


Pernakah Anda mengalami saat-saat terindah dalam hidup Anda? Apakah
yang Anda rasakan pada saat itu? Bukankah Anda merasakan hati Anda
sangat bahagia sehingga Anda ingin seandainya saat-saat itu terulang
kembali?

Setiap insan tentu pernah merasakan saat-saat terindah dalam hidupnya,
akan tetapi masing-masing orang akan menjadikan saat terindah dalam
hidupnya sesuai dengan apa yang mendominasi hati dan jiwanya.

Orang yang sedang semangat melakukan usaha perdagangan dan bisnis
menganggap saat terindah adalah ketika dia berhasil meraup keuntungan
besar dan berlipat ganda dalam bisnisnya. Orang yang berambisi besar
untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan duniawi merasa saat yang
terindah adalah ketika dia berhasil menduduki jabatan tinggi dan
penting dalam kariernya.

Demikian pula, orang yang sedang dimabuk cinta merasa bahwa saat
terindah adalah ketika cintanya diterima oleh sang kekasih dan ketika
berjumpa dengannya.

Demikianlah sekilas gambaran keadaan manusia dalam menilai saat-saat
terindah dalam hidup mereka Sekarang marilah kita perhatikan dan
renungkan dengan seksama, manakah di antara semua itu yang benar-benar
merupakan kebahagiaan dan keindahan yang sejati, sehingga orang yang
mendapatkannya berarti sungguh dia telah merasakan saat terindah dalam
hidupnya?

Renungan tentang keindahan dan kebahagiaan hidup yang sejati

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Sesungguhnya bentuk-bentuk kebahagiaan
(keindahan) yang diprioritaskan oleh jiwa manusia ada tiga (macam):

1- Kebahagiaan (keindahan) di luar zat (diri) manusia, bahkan
keindahan ini merupakan pinjaman dari selain dirinya, yang akan hilang
dengan dikembalikannya pinjaman tersebut. Inilah kebahagiaan
(keindahan) dengan harta dan kedudukan (jabatan duniawi).

Keindahan seperti ini adalah seperti keindahan seseorang dengan
pakaian (indah) dan perhiasannya, tapi ketika pandanganmu melewati
penutup dirinya tersebut maka ternyata tidak ada satu keindahanpun
yang tersisa pada dirinya!

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa ada seorang ulama yang menumpang
sebuah kapal laut bersama para saudagar kaya, kemudian kapal tersebut
pecah (dan tenggelam bersama seluruh barang-barang muatan). Maka para
saudagar tersebut serta merta menjadi orang-orang yang hina dan rendah
(karena harta mereka tenggelam di laut) padahal sebelumnya mereka
merasa mulia (bangga) dengan kekayaan mereka. Sedangkan ulama tersebut
sesampainya di negeri tujuan beliau dimuliakan dengan berbagai macam
hadiah dan penghormatan (karena ilmu yang dimilikinya). Ketika para
saudagar yang telah menjadi miskin itu ingin kembali ke negeri mereka,
mereka bertanya kepada ulama tersebut: Apakah anda ingin menitip pesan
atau surat untuk kaum kerabat anda? Maka ulama itu menjawab: “Iya,
sampaikanlah kepada mereka: Jika kalian ingin mengambil harta
(kemuliaan) maka ambillah harta yang tidak akan tenggelam (hilang)
meskipun kapal tenggelam, oleh karena itu jadikanlah ilmu sebagai
(barang) perniagaan (kalian)”.

2- (Bentuk) kebahagiaan (keindahan) yang kedua: kebahagiaan
(keindahan) pada tubuh dan fisik manusia, seperti kesehatan tubuh,
keseimbangan fisik dan anggota badan, keindahan rupa, kebersihan kulit
dan kekuatan fisik. Keindahan ini meskipun lebih dekat (pada diri
manusia) jika dibandingkan dengan keindahan yang pertama, namun pada
hakikatnya keindahan tersebut di luar diri dan zat manusia, karena
manusia itu dianggap sebagai manusia dengan ruh dan hatinya, bukan
(cuma sekedar) dengan tubuh dan raganya, sebagaimana ucapan seorang
penyair:

Wahai orang yang (hanya) memperhatikan fisik, betapa besar kepayahanmu
dengan mengurus tubuhmu

Padahal kamu (disebut) manusia dengan ruhmu bukan dengan tubuhmu

[1]Inilah keindahan semu dan palsu milik orang-orang munafik yang
tidak dibarengi dengan keindahan jiwa dan hati, sehingga Allah Ta’ala
mencela mereka dalam firman-Nya:

{
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا
تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ}

“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh (penampilan fisik)
mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu
mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar”
(QS al-Munafiqun: 4).

Artinya: mereka memiliki penampilan rupa dan fisik yang indah, tapi
hati dan jiwa mereka penuh dengan keburukan, ketakutan dan kelemahan,
tidak seperti penampilan lahir mereka[2].

3- (Bentuk) kebahagiaan (keindahan) yang ketiga: inilah kebahagiaan
(keindahan) yang sejati, keindahan rohani dalam hati dan jiwa manusia,
yaitu keindahan dengan ilmu yang bermanfaat dan buahnya (amalan shaleh
untuk mendekatkan kepada Allah Ta’ala).

Sesungguhnya kebahagiaan inilah yang menetap dan kekal (pada diri
manusia) dalam semua keadaan, dan menyertainya dalam semua perjalanan
(hidupnya), bahkan pada semua alam yang akan dilaluinya, yaitu: alam
dunia, alam barzakh (kubur) dan alam tempat menetap (akhirat). Dengan
inilah seorang hamba akan meniti tangga kemuliaan dan derajat
kesempurnaan”[3].

Berbahagialah dengan saat terindah dalam hidupmu!

Berdasarkan renungan tentang keindahan dan kebahagiaan hidup di atas,
maka jelaslah bahwa keindahan dan kebahagiaan yang sejati dalam hidup
manusia adalah dengan mengamalkan amalan shaleh yang dicintai oleh
Allah Ta’ala dan mengutamakannya di atas segala sesuatu yang ada di
dunia ini.

Inilah keindahan dan kebahagiaan sejati yang direkomendasikan oleh
Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

{
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ
خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}

“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan
itu mereka (orang-orang yang berilmu) bergembira (berbangga), kurnia
Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kesenangan
duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia)” (QS Yunus:58).

Dalam ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman agar mereka merasa bangga (gembira dan bahagia) dengan
anugerah yang Allah Ta’ala berikan kepada mereka, dan Dia U menyatakan
bahwa anugerah dari-Nya itu lebih indah dan mulia dari semua
kesenangan dunia yang berlomba-lomba dikejar oleh kebanyakan manusia
”Karunia Allah” dalam ayat ini ditafsirkan oleh para ulama ahli tafsir
dengan “keimanan”, sedangkan “Rahmat Allah” ditafsirkan dengan “Al
Qur-an”, yang keduanya (keimanan dan Al Qur-an) adalah ilmu yang
bermanfaat dan amalan shaleh, sekaligus keduanya merupakan petunjuk
dan agama yang benar (yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam)[4].

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata, “Kenikmatan (yang berupa) agama
(iman) yang bergandengan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat (jelas)
tidak bisa dibandingkan dengan semua kenikmatan duniawi yang hanya
sementara dan akan hilang”[5].

Inilah kebahagiaan hakiki bagi hati dan jiwa manusia, yang digambarkan
oleh Imam Ibnul Qayyim dalam ucapan beliau, “Semua perintah Allah
(dalam agama Islam), hak-Nya (ibadah) yang Dia wajibkan kepada
hamba-hamba-Nya, serta semua hukum yang disyariatkan-Nya (pada
hakekatnya) merupakan qurratul ‘uyuun (penyejuk pandangan mata), serta
kesenangan dan kenikmatan bagi hati (manusia), yang dengan (semua)
itulah hati akan terobati, (merasakan) kebahagiaan, kesenangan dan
kesempurnaan di dunia dan akhirat. Bahkan hati (manusia) tidak akan
merasakan kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan yang hakiki kecuali
dengan semua itu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

{
يا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ
وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ،
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ
خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah:
“Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa
(kesenangan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia)”
(QS.Yuunus:57-58)”[6].

Maka berdasarkan semua ini, berarti saat yang paling indah dalam hidup
seorang manusia adalah ketika Allah Ta’ala melimpahkan taufik-Nya
kepadanya untuk mengikuti jalan Islam dan memberi petunjuk kepadanya
untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya guna mencapai
keridhaan-Nya.

Inilah pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam kepada shahabat yang mulia, Ka’ab bin Malik, ketika Allah
Ta’ala menurunkan ayat al-Qur’an[7] tentang diterima-Nya taubat
shahabat ini dan dua orang shahabat lainnya, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya dengan wajah yang berseri-seri
karena gembira, “Berbahagialah dengan hari terindah yang pernah kamu
lalui sejak kamu dilahirkan ibumu”[8].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan hari diterimanya
taubat seorang hamba oleh Allah Ta’ala sebagai hari/saat yang terindah
dalam hidupnya karena taubat itulah yang menyempurnakan keislaman
seorang hamba, maka ketika dia masuk Islam itulah awal kebahagiaannya
dan ketika Allah Ta’ala menerima taubatnya itulah penyempurna dan
puncak kebahagiaannya, sehingga hari itu adalah saat terindah dalam
hidupnya[9].

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Dalam hadits ini terdapat argumentasi
(yang menunjukkan) bahwa hari yang paling indah dan utama bagi seorang
hamba secara mutlak adalah ketika dia bertaubat kepada Allah dan Allah
menerima taubatnya.…Kalau ada yang bertanya: Bagaimana (mungkin) hari
ini (dikatakan) lebih baik daripada hari (ketika) dia masuk Islam?
Jawabannya: hari ini adalah penyempurna dan pelengkap hari (ketika)
dia masuk Islam, maka hari (ketika) dia masuk Islam adalah awal
kebahagiaanya, sedangkan hari taubatnya adalah penyempurna dan
pelengkap kebahagiaanya, wallahu musta’aan[10].

Senada dengan hadits di atas, ucapan shabat yang mulia, Anas bin Malik
yang menggambarkan kegembiraan para shahabat ketika mendengar sebuah
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Anas bin Malik
berkata, “Maka kami (para shahabat ) tidak pernah merasakan suatu
kegembiraan setelah (kegembiraan dengan) Islam melebihi kegembiraan
kami tatkala mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Engkau (akan dikumpulkan di surga) bersama orang yang kamu cintai”.
Maka aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu bakar t dan
Umar t, dan aku berharap akan bersama mereka (di surga nanti) dengan
kecintaanku kepada mereka meskipun aku belum mampu melakukan seperti
amal perbuatan mereka”[11].

Hadits yang agung ini menunjukkan bahwa saat-saat yang terindah bagi
orang-orang yang sempurna imannya, para shahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ketika mereka mendapat hidayah
untuk menempuh jalan Islam dan ketika mereka memahami serta
mengamalkan petunjuk Allah Ta’ala untuk mencapai ridha-Nya dan masuk
ke dalam surga-Nya.

Saat yang paling indah di akhirat kelak adalah ketika bertemu Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman,

{
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا
وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا}

“Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya (Allah
Ta’ala) maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan Allah dengan apapun dalam beribadah kepada-Nya” (QS
al-Kahfi:110).

Inilah saat terindah yang dinanti-nantikan oleh orang-orang yang
beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala, yaitu saat ketika bertemu
dengan-Nya untuk mendapatkan balasan kebaikan dan kemuliaan
dari-Nya[12].

Dalam sebuah doa dari Imam Hasan al-Bashri: “Ya Allah, jadikanlah
sebaik-baik amalan kami sebelum ajal (menjemput) kami, dan jadikanlah
sebaik-baik hari (bagi) kami adalah hari ketika kami berjumpa
dengan-Mu”[13].

Mereka inilah orang-orang yang mencintai perjumpaan dengan Allah
Ta’ala maka Allah pun mencintai perjumpaan dengan mereka, sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang
mencintai perjumpaan dengan Allah maka Allah mencintai perjumpaan
dengannya“[14].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kegembiraan
orang yang bertakwa ketika bertemu Allah Ta’ala dengan amal shaleh
yang mereka lakukan di dunia, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan;
kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika berjumpa
dengan Rabbnya (Allah Ta’ala)”[15].

Kemudian, saat yang paling indah bagi orang-orang yang beriman ketika
berjumpa dengan Allah Ta’ala adalah saat mereka memandang wajah-Nya
yang maha mulia. Inilah kenikmatan tertinggi yang Allah janjikan bagi
mereka yang melebihi besarnya kenikmatan lainnya yang ada di surga.
Allah Ta’ala berfirman,

{
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ
وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ
فِيهَا خَالِدُونَ}

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala). Dan muka mereka tidak
ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni
surga, mereka kekal di dalamnya” (QS Yuunus:26).

Arti “tambahan” dalam ayat ini ditafsirkan langsung oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih, yaitu
kenikmatan melihat wajah Allah Ta’ala, dan beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah orang yang paling memahami makna firman Allah
Ta’ala[16]. Dalam hadits yang shahih dari seorang sahabat yang mulia,
Shuhaib bin Sinan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala Berfirman:
“Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai
tambahan (dari kenikmatan surga)? Maka mereka menjawab: Bukankah
Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah
memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab)
neraka? Maka (pada waktu itu) Allah Membuka hijab (yang menutupi
wajah-Nya Yang Maha Mulia), dan penghuni surga tidak pernah
mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai dari pada
melihat (wajah) Allah Ta’ala”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam membaca ayat tersebut di atas[17].

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan
bahwa kenikmatan melihat wajah Allah Ta’ala adalah kenikmatan yang
paling mulia dan agung serta melebihi kenikmatan-kenikmatan di surga
lainnya[18].

Imam Ibnu Katsir berkata: ”(Kenikmatan) yang paling agung dan tinggi
(yang melebihi semua) kenikmatan di surga adalah memandang wajah Allah
yang maha mulia, karena inilah “tambahan” yang paling agung (melebihi)
semua (kenikmatan) yang Allah berikan kepada para penghuni surga.
Mereka berhak mendapatkan kenikmatan tersebut bukan (semata-mata)
karena amal perbuatan mereka, tetapi karena karunia dan rahmat Allah”
[19].

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggandengkan kenikmatan tertinggi ini dengan sifat kekasih Allah
Ta’ala yang disebutkan dalam hadits di atas, yaitu selalu merindukan
perjumpaan dengan Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda dalam doa beliau, “(Ya Allah) aku meminta kepada-Mu
kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta
kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia), tanpa
adanya bahaya yang mencelakakan dan fitnah yang menyesatkan”[20].

Imam Ibnul Qayyim dalam kitab beliau “Ighaatsatul lahafaan”[21]
menjelaskan keterkaitan dua hal ini, yaitu bahwa kenikmatan tertinggi
di akhirat ini (melihat wajah Allah Ta’ala) adalah balasan yang Allah
Ta’ala berikan kepada orang yang selalu mengharapkan dan merindukan
pertemuan dengan Allah Ta’ala, yaitu kekasih-Nya yang telah merasakan
kesempurnaan dan kemanisan iman, yang wujudnya berupa perasaan tenang
dan bahagia ketika mendekatkan diri dan berzikir kepada-Nya.

Atau dengan kata lain, orang yang akan menjumpai saat yang paling
indah dan dinanti-nantikan di akhirat ini, yaitu saat melihat wajah
Allah Ta’ala yang maha mulia, adalah orang yang ketika di dunia dia
merasakan bahwa saat terindah dalam hidupnya adalah ketika dia
beribadah dan mendekatkan diri kepada Zat yang dicintainya, Allah
Ta’ala.

Nasehat dan penutup

Demikianlah gambaran saat-saat paling indah bagi para kekasih Allah
Ta’ala di dunia dan akhirat, bandingkanlah dengan saat-saat yang
dianggap paling indah oleh mayoritas manusia sekarang ini.

Kemudian tanyakan kepada diri kita sendiri: apakah yang kita anggap
sebagai saat terindah dalam hidup kita?

Maka berbahagialah hamba Allah yang menjadikan saat terindah dalam
hidupnya ketika dia beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah
Ta’ala. Berbahagialah dengan kabar gembira dari Allah Ta’ala berikut
ini:

{
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ
عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي
أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نزلا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (beristiqamah), maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan memberi kabar gembira):
“Janganlah kamu merasa takut dan bersedih hati; dan bergembiralah
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.
Kamilah penolong-penolongmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di
dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) apa yang kamu minta”. Sebagai hidangan (balasan yang kekal
bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS
Fushilat: 30-32).

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

{
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ
يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ، لَهُمُ
الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ، لا تَبْدِيلَ
لِكَلِمَاتِ اللَّهِ، ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}

“Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali (kekasih) Allah itu, tidak ada
kekhawatiran bagi mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi
mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang
demikian itu adalah kemenangan yang besar” (QS Yunus: 62-64).

Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah Ta’ala
agar Dia senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita untuk
mendapatkan kebaikan dari-Nya di dunia dan akhirat, sesungguhnya Dia
Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن
الحمد لله رب العالمين


0 komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Ngobrol


ShoutMix chat widget